Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
November 21, 2024
NEWSLIVE

Alasan Kenapa Orang Indonesia Tidak Bahasa Belanda, Padahal Pernah Dijajah Oleh Belanda

Wijaya
  • September 18, 2024
  • 2 min read
Alasan Kenapa Orang Indonesia Tidak Bahasa Belanda, Padahal Pernah Dijajah Oleh Belanda

SPOOTLIVE – Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, salah satu kebijakan yang diterapkan adalah mewajibkan pembelajaran bahasa Belanda di sekolah-sekolah. Sekolah seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang dikhususkan untuk anak-anak dari kalangan elite pribumi mengajarkan bahasa ini. Namun, sayangnya, mayoritas penduduk pribumi tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Sekolah-sekolah tersebut hanya terbuka untuk kaum elite, sehingga anak-anak dari kelas bawah, yang merupakan sebagian besar penduduk pribumi, tidak dapat mempelajari bahasa Belanda.

Dilansir dari The Low Countries, kebijakan pendidikan Belanda ini tidak memperbolehkan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat. Hanya segelintir yang bisa belajar bahasa Belanda, sementara anak-anak pribumi dari golongan bawah tersisih.

Baca Juga: Negara-Negara dengan Pengguna Bahasa Jawa di Dunia

Profesor George-Henri Bousquet, seorang ahli dari Prancis, dalam bukunya A French View of the Netherlands Indies (judul asli La politique musulmane et coloniale des Pays-Bas), mengkritik kebijakan tersebut. Menurutnya, kebijakan mewajibkan bahasa Belanda justru menjadi senjata makan tuan. Alih-alih berhasil menyebarkan penggunaan bahasa tersebut, kebijakan ini malah mempersempit penggunaannya hanya di kalangan elite, yang sebagian besar bukan berasal dari Indonesia. Bahasa Belanda tidak mampu diinternalisasikan ke dalam kehidupan sosial pribumi.

“Setelah 50 tahun, bahasa Belanda tidak lagi memainkan peran sosial apa pun di wilayah yang sudah dijajah Belanda selama lebih dari 300 tahun,” tulis Bousquet dalam bukunya.

Kemunduran bahasa Belanda semakin terlihat ketika Jepang datang menjajah Indonesia pada tahun 1942. Pada masa itu, bahasa Belanda perlahan-lahan mulai terkikis dari ingatan penduduk pribumi. Hingga tahun 1970-an, bahasa Belanda semakin tenggelam, digantikan oleh bahasa Inggris yang justru semakin populer di Indonesia. Banyak kosakata baru yang mulai diadaptasi dari bahasa Inggris, seperti “diskon” dari discount dan “londri” dari laundry.

Baca Juga: Julukan-Julukan Unik untuk Indonesia di Mata Dunia

Baca Juga:  Lebih tahan lama dan efisien: Baterai Sodium siap masuki produksi masal

Namun, ada juga kosakata serapan dari bahasa Belanda, seperti “handuk” yang berasal dari handdoek. Meskipun demikian, jumlah serapan dari bahasa Belanda jauh lebih sedikit dibandingkan bahasa Inggris.

Meski begitu, ada pengecualian pada tokoh-tokoh seperti Raden Ajeng Kartini, yang mahir dalam bahasa Belanda. Sebagai anak Bupati Jepara, Kartini mendapat akses pendidikan elite yang memungkinkan dirinya untuk mempelajari bahasa Belanda dan berbagai bahasa asing lainnya. Kartini pun menjadi simbol langka dari kalangan pribumi yang mampu menguasai bahasa kolonial dengan fasih.

1 Comment

  • rejekijitu88

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *