Direktur RS Indonesia di Gaza Marwan Al-Sultan, Tewas Diserang Rudal Israel

NEWSLIVE – Dunia medis internasional berduka. Dr. Marwan Al-Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel pada Rabu (3/7) dini hari. Serangan tersebut menghantam kediamannya di kawasan Tal Al-Hawa, barat daya Kota Gaza. Menurut laporan sejumlah media internasional dan kesaksian keluarga, rudal yang ditembakkan dari jet tempur F-16 menghantam tepat di kamar tidur Dr. Marwan. Saat kejadian, ia tengah berada di rumah bersama istri dan beberapa anggota keluarganya. Seluruhnya dikabarkan tewas di lokasi akibat ledakan dan kobaran api.

“Rudal menembus langsung ke kamar ayah saya. Rumah bagian lain masih utuh, tapi tidak dengan kamarnya,” ungkap Lubna, putri almarhum, seperti dilansir BBC Arabic dan Palestine Chronicle. Dr. Marwan Al-Sultan dikenal sebagai salah satu dokter paling berdedikasi di Jalur Gaza. Ia telah memimpin RS Indonesia sejak 2011 dan merupakan sosok kunci dalam pelayanan medis selama konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Rumah Sakit Indonesia sendiri dibangun atas inisiatif rakyat Indonesia melalui MER-C dan telah menjadi salah satu fasilitas kesehatan vital di utara Gaza.

Meski berada dalam kondisi krisis berkepanjangan, Dr. Marwan tetap konsisten menjalankan tugasnya sebagai dokter spesialis jantung dan pemimpin tim medis, bahkan saat serangan udara membombardir wilayah Gaza. Serangan ini menuai kecaman luas dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia.
Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan duka mendalam dan mengutuk keras tindakan militer Israel yang menyerang tenaga medis dan fasilitas non-militer. “Dr. Marwan adalah simbol kemanusiaan. Serangan ini merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional dan harus diusut,” demikian pernyataan resmi Kemenlu RI, Kamis (4/7).
Kecaman juga datang dari MER-C Indonesia, yang menyebut serangan ini sebagai bentuk serangan sistematis terhadap fasilitas kesehatan dan pekerja kemanusiaan. Mereka menyerukan penyelidikan independen serta desakan kuat kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan tegas terhadap Israel. Dr. Marwan dilaporkan tewas bersama sang istri dan dua anaknya. Jenazah mereka telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat. Ratusan warga Gaza turut mengiringi pemakaman sang dokter sebagai bentuk penghormatan terakhir atas jasa-jasanya. Warga Gaza mengenang almarhum sebagai dokter tanpa pamrih yang bekerja siang malam, bahkan ketika rumah sakit berada di bawah ancaman bom. “Kami kehilangan bukan hanya seorang dokter, tapi pejuang kemanusiaan sejati,” ujar salah satu rekan kerjanya di RS Indonesia.
Serangan ini menambah daftar panjang fasilitas kesehatan yang menjadi sasaran dalam agresi militer terbaru Israel di Gaza. Sejak awal 2024, lebih dari 20 rumah sakit telah hancur atau tak lagi berfungsi. Situasi ini memperburuk krisis kemanusiaan, dengan ribuan korban luka tak tertangani dan kebutuhan obat-obatan yang semakin kritis. Israel berdalih menyasar infrastruktur milik militan Hamas, namun tudingan ini dibantah keras oleh organisasi kemanusiaan internasional. Mereka menyebut serangan ke rumah sakit dan tenaga medis sebagai pelanggaran Konvensi Jenewa.
Kematian Dr. Marwan Al-Sultan tidak hanya menjadi kehilangan besar bagi warga Gaza dan rakyat Palestina, tetapi juga bagi rakyat Indonesia yang menjadikan RS Indonesia sebagai simbol solidaritas dan persahabatan lintas bangsa. Kini, dunia kembali dituntut untuk tidak tinggal diam. Serangan terhadap fasilitas kesehatan adalah pelanggaran serius terhadap kemanusiaan. Dan nama Dr. Marwan Al-Sultan akan terus dikenang sebagai pahlawan kemanusiaan dari Gaza.