Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
September 19, 2024
NEWSLIVE

Kebangkrutan Startup di AS Melonjak, Masa Depan Ekonomi Teknologi Dipertaruhkan

Wijaya
  • Agustus 26, 2024
  • 2 min read
Kebangkrutan Startup di AS Melonjak, Masa Depan Ekonomi Teknologi Dipertaruhkan

NEWSLIVE – Lonjakan kebangkrutan startup di Amerika Serikat (AS) mencapai 60% sepanjang tahun lalu, disebabkan oleh para pendiri yang kehabisan dana untuk mempertahankan bisnis mereka pasca “booming” startup pada 2021-2022. Perlambatan di sektor teknologi ini menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, dan situasi ini terus berlanjut hingga sekarang.

Teknologi yang sebelumnya dianggap sebagai industri masa depan, kini menjadi sumber kekhawatiran. Jutaan pekerjaan di startup terancam, terutama karena kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu. Menurut laporan dari Carta, sebuah platform teknologi, jumlah startup yang harus menutup usaha mereka meningkat signifikan, dengan 254 perusahaan yang didukung modal ventura dilaporkan gulung tikar pada kuartal pertama 2024.

Angka kebangkrutan startup ini naik hingga tujuh kali lipat sejak Carta pertama kali melaporkan kegagalan startup pada 2019. Salah satu contoh terbaru adalah Tally, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang menyediakan alat manajemen kredit. Tally, yang pernah memiliki valuasi hingga US$ 855 juta pada 2022, terpaksa menutup usahanya setelah gagal mendapatkan pendanaan lebih lanjut.

Baca Juga: Tips Sukses dalam Memulai Usaha di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Selain Tally, beberapa startup besar lainnya juga terpaksa menghentikan operasional mereka. Caffeine, platform live-streaming yang memperoleh pendanaan US$ 250 juta, serta Olive dan Convoy, dua startup yang masing-masing memiliki valuasi miliaran dolar, juga jatuh bangkrut. WeWork, co-working space terkenal yang mendapatkan investasi US$ 16 miliar dari SoftBank, juga tutup usia pada akhir 2021.

Kenaikan suku bunga sejak 2022 menjadi salah satu faktor utama di balik gelombang kebangkrutan ini. Banyak modal ventura yang menahan pendanaan setelah bank besar seperti Silicon Valley Bank kolaps pada tahun lalu. Di tengah tekanan ini, para modal ventura mendorong pendiri startup untuk terus menerima investasi lebih besar demi meningkatkan valuasi perusahaan mereka, meski tak semua upaya ini berbuah manis.

Baca Juga:  Menteri ESDM Mengusulkan Besaran ICP Untuk APBN Tahun 2024

Baca Juga: Bisnis Startup di Pertengahan 2024: Sektor Apa yang Paling Menjanjikan?

Para analis, termasuk dari Morgan Stanley, menyatakan bahwa fenomena ini merupakan hasil dari kebijakan investasi agresif yang diterapkan pada 2021-2022. Banyak startup menghabiskan dana besar untuk merekrut tenaga kerja dan memberikan fasilitas mewah, tanpa mempersiapkan diri untuk masa-masa sulit.

Namun, di tengah situasi yang sulit ini, ada secercah harapan di sektor kecerdasan buatan (AI). Investasi besar masih mengalir ke startup AI, dan iklim pendanaan diharapkan kembali pulih dalam beberapa tahun ke depan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *