PANRB Gelar Sosialisasi dan Asistensi Reformasi Birokrasi 2020-2024
NEWSLIVE – Seiring dengan sistem pemerintahan Indonesia yang mulai dinamis untuk mengikuti dinamika global yang semakin cepat, Road Map Asistensi Reformasi Birokrasi 2020-2024 juga turut disesuaikan. Sejalan dengan perubahan ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) membagikan tips agar instansi pemerintah bisa sukses mengimplementasikan RB.
Asisten Deputi Perumusan dan Koordinasi Kebijakan Penerapan Reformasi Birokrasi Agus Uji Hantara menjelaskan instansi pemerintah harus memahami terlebih dahulu alasan dibalik penajaman Road Map RB 2020-2024. Dijelaskan, selama ini masih banyak kekurangan dan kritikan atas capaian RB sehingga penajaman amat diperlukan.
“Selama ini RB dipandang belum berdampak dan masih mengukur proses bukan pada hasil atau dampaknya, jadi kami harap lewat penajaman road map masalah yang ada bisa terjawab dan diatasi,” ujar Uji saat menjadi narasumber pada Sosialisasi Asistensi Reformasi Birokrasi 2020-2024 (RB) Tematik dan Perubahan Road Map RB 2020-2024, Selasa (11/04).
Selain dari sudut pandang Kementerian PANRB sebagai pemangku kebijakan, tips menyukseskan implementasi RB juga dibagikan oleh Sekretaris Eksekutif Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN) Eko Prasojo. Sebagai permulaan, instansi pemerintah harus memperbaiki tiga hal, yaitu perencanaan, penganggaran, dan kapabilitas sumber daya manusia (SDM).
Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia periode 2016-2020 ini juga menjelaskan kesuksesan RB dapat dilihat nyata dari pembangunan di suatu daerah. Karena sejatinya RB adalah tools yang dapat memperbaiki tata kelola pembangunan.
“Reformasi birokrasi dan pembangunan itu satu koin dengan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Kalau RB-nya bagus, harus terlihat dampaknya dan pasti akan kelihatan pembangunannya,” ungkap Eko.
Dari sudut pandang lain, Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri Sugeng Hariyono menekankan pentingnya komitmen pimpinan agar implementasi RB bisa berhasil. Ia mengibaratkan pimpinan sebagai konduktor yang mampu menciptakan harmoni dan mengorkestrasi kerja-kerja stakeholder terkait.
“Yang harus diingat, RB ini bukan sekadar project. Jadi supaya sukses diperlukan kerja sama, kolaborasi, dan sinergi tiada henti dari berbagai pihak,” ungkap pria yang akrab disapa Sugeng ini.
Tips sukseskan RB juga dibagikan oleh dua kepala daerah, yakni Bupati Banyuwangi dan Wali Kota Surabaya berdasarkan pengalaman di wilayahnya masing-masing. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengungkapkan peran inovasi dan konsolidasi birokrasi sebagai kunci menghadapi tantangan.
Ipuk melibatkan seluruh customer internal dalam pengambilan keputusan. Ia juga menyamakan gelombang visi dan misi antara pimpinan dan bawahan. Selain itu, ia dan jajarannya memegang teguh keyakinan bahwa birokrasi adalah bagian dari solusi bukan masalah.
“Banyuwangi bisa sampai di titik saat ini karena adanya kolaborasi dan kerja sama tim. Banyuwangi itu butuh Super Tim, bukan Superman,” jelasnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggandeng semua pihak termasuk akademisi dan swasta untuk memuluskan program-program pemerintah yang berdampak langsung bagi masyarakat. Untuk penanganan program stunting misalnya, Pemkot Surabaya membangun wadah yang disebut Sayang Warga.
Lewat Sayang Warga, Pemkot melakukan pendataan, pengamatan, pendampingan, serta monitoring dan evaluasi. Pihak yang terlibat dalam Sayang Warga mulai dari Kemeterian Agama, Pengadilan Negeri, RT/RW, PKK, Orang Tua Asuh, hingga Pusat Pembelajaran Keluarga – Layanan Satu Pintu Masalah Anak&Keluarga.
“Ini sesuai dengan visi Kota Surabaya, gotong royong menuju Surabaya Kota Dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan. Jadi semua problem, semua pekerjaan, kita lakukan dengan gotong royong semua pihak agar goalsnya tercapai,” tandasnya.