Debat Capres 2024: Cermati Jalan Tengah Ganjar Pranowo
NEWSLIVE- Debat capres ketiga yang diselenggarakan pada 7 Januari 2024 lalu semakin mempertegas posisi politik masing-masing kandidat.
Capres nomor satu, Anies Baswedan, konsisten dengan posisinya sebagai antithesis dari pemerintahan Jokowi. Ia semakin frontal dalam mengkritik pemerintahan, termasuk kepada Prabowo Subianto, capres nomor dua yang merupakan salah satu menteri andalan Jokowi.
Kritikan Anies tidak hanya ditujukan kepada isu terkait, tetapi juga untuk memancing Prabowo agar semakin agresif dan emosional dalam menanggapinya. Anies ingin menunjukkan sisi lain Prabowo yang selama ini belum terungkap, yakni sisi emosional dan temperamental.
Sementara itu, Prabowo tetap konsisten dalam membela pemerintahan Jokowi. Ia tanpa tedeng aling-aling membela semua kebijakan yang telah diambil oleh pemerintahan Jokowi, termasuk semua kebijakan Kementerian Pertahanan yang ia pimpin.
Hal ini wajar mengingat posisi Anies dan Ganjar sebagai penantang pemerintahan, sementara Prabowo sebagai pendukung pemerintahan. Pertarungan ideasional antara pendukung dan penentang pemerintahan adalah hal yang lumrah terjadi dalam debat calon presiden di mana pun.
Melansir Kompas.com, Di Indonesia, perbedaan ide dan ideologi antara para kandidat tidak seideologis di Amerika Serikat, tetapi juga tidak terlalu frontal, karena faktor etika ketimuran. Ditambah pula dengan interaksi sejarah masa lalu antara beberapa kandidat, yang dianggap oleh beberapa kalangan sebagai bagian dari etika berkomunkasi di saat berdebat.
Bagaimana Dengan Ganjar Pranowo dalam Debat Capres 2024?
Di tengah dua seteru tersebut, Ganjar Pranowo menjalankan posisinya dengan baik dan menarik. Pada satu momen Ganjar bisa mendukung apa yang telah dilakukan pemerintah, tetapi pada waktu yang lain, Ganjar bisa mengkritiknya, atau menyatakan bahwa yang dilakukan pemerintah kurang serius dan kurang cepat.
Ganjar sebenarnya berada di posisi tengah, sebagaimana ideologi Pancasila yang mengambil jalan tengah antara kiri dan kanan. Dengan posisi ini, Ganjar tetap mendapatkan elektabilitas yang cukup baik di setiap survei yang ada.
Pada debat presiden ketiga, Ganjar semakin lihai memainkan peran tengah tersebut. Ia tetap memberikan kritik yang keras jika waktunya datang, tetapi juga tetap santun dan tenang. Ganjar juga dengan lihai bermain di ranah Anies Baswedan, yang dengan detail menjelaskan kelemahan-kelemahan pemerintahan.
Secara kasat mata, debat kali ini bukan hanya panggung prostatus quo dan antistatus quo, tetapi juga panggung Ganjar Pranowo yang siap melanjutkan yang baik, memperbaiki yang kurang, dan menawarkan hal baru yang belum dimiliki oleh pemerintahan hari ini.
Jika Ganjar bisa semakin terampil dalam memainkan peran tengahnya, maka tidak menutup kemungkinan dalam debat-debat ke depan publik tidak lagi tertarik dengan jual beli serangan antara Anies dan Prabowo, tetapi lebih tertarik dengan politik jalan tengah Ganjar Pranowo yang menawarkan rekonsiliasi, kesantunan, dan kedamaian masa depan.