Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
October 14, 2024
NEWSLIVE

Fenomena Akiya: Rumah Kosong di Jepang Dijual Murah, Tapi…

Wijaya
  • September 29, 2024
  • 3 min read
Fenomena Akiya: Rumah Kosong di Jepang Dijual Murah, Tapi…

NEWSLIVE – Selama beberapa tahun terakhir, Jepang mengalami lonjakan jumlah rumah yang terbengkalai dan ditinggalkan. Fenomena ini terjadi seiring dengan menyusutnya populasi, di mana mayoritas penduduk Jepang kini terdiri dari orang-orang tua. Rumah-rumah tersebut, yang ditinggalkan oleh pemiliknya, sering kali kosong karena pemiliknya meninggal dunia atau pindah ke panti jompo.

Fenomena ini dikenal dengan istilah “Akiya,” yang dalam bahasa Jepang berarti rumah kosong. Menurut laporan The Japan Times yang dilansir dari cnn.co.id, jumlah akiya di Jepang kini mencapai sekitar 10 juta unit. Banyak rumah ini sudah terlalu tua dan dibiarkan begitu lama sehingga tidak lagi layak disewakan ataupun dijual dengan harga yang masuk akal.

Baca Juga: Celengan Unik Bertema Nvidia RTX 30 Series

Namun, para pebisnis di Jepang tidak tinggal diam. Mereka melihat peluang dalam fenomena ini dengan menawarkan akiya-akiya tersebut dengan harga yang sangat murah. Beberapa rumah bahkan dibanderol hanya sekitar $10.000 atau sekitar Rp151 juta, sementara beberapa rumah lainnya dijual dengan harga simbolis $1 atau Rp15 ribu! Tawaran ini tentu sangat menggoda, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang mendambakan kepemilikan properti.

Tingginya minat terhadap akiya terlihat dari munculnya berbagai situs web yang memudahkan pencari rumah untuk mendapatkan informasi terkait harga, lokasi, dan kontak penjual. Namun, yang sering tidak disadari oleh calon pembeli adalah biaya tambahan yang datang setelah membeli rumah kosong tersebut.

Kebanyakan akiya terletak di daerah pedesaan yang jauh dari akses transportasi umum maupun perkantoran. Ini berarti pembeli harus mengeluarkan biaya tambahan yang signifikan untuk mobilitas. Belum lagi, rumah-rumah ini sering kali membutuhkan renovasi besar-besaran.

Baca Juga:  Jepang Terancam Krisis Demografi dan Kekurangan Tenaga Kerja

Rumah yang sangat tua tentu memerlukan lebih dari sekadar polesan. Struktur bangunannya sering kali sudah rapuh dan membutuhkan perombakan total. Di Jepang yang rawan gempa, rumah juga harus memenuhi standar tahan gempa yang ketat, yang berarti renovasi mahal. Selain itu, masalah seperti rayap, jamur, penggantian lantai dan wallpaper, serta perbaikan atap dan dinding eksterior menjadi tantangan tersendiri.

Kamar mandi dan dapur di rumah akiya biasanya juga sudah tidak layak pakai, dan sering kali harus dibangun ulang. Bahkan, penyusunan ulang kabel listrik serta pipa air, yang dikenal dengan biaya tinggi, juga menjadi beban tambahan bagi pembeli.

Baca Juga: Pipa Septic Tank Meledak, Tinja Menyembur Setinggi 10 Meter

Menurut Matthew Ketchum, pemilik situs akiyaz.io, pembeli rumah kosong di Jepang biasanya harus mengeluarkan biaya renovasi sekitar ¥5-10 juta (Rp523 juta hingga Rp1 miliar). Biaya ini hampir mendekati biaya untuk membangun rumah baru, dan dalam beberapa kasus, bisa lebih mahal.

Karena biaya renovasi yang tinggi ini, banyak pembeli akiya akhirnya menyerah dan memilih untuk tidak melanjutkan pembelian, atau bahkan menelantarkan kembali rumah yang sudah mereka beli. Meskipun demikian, masih ada pemburu akiya yang melihat peluang, terutama mereka yang kaya dan mencari rumah di lingkungan yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota.

Tak hanya orang Jepang, pembeli akiya juga datang dari luar negeri, tertarik dengan tawaran harga murah dan keindahan alam pedesaan Jepang. Fenomena ini menjadi contoh unik bagaimana Jepang mencoba mengatasi masalah rumah kosong sambil menarik minat pembeli domestik dan internasional.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *