Cuaca Ekstrem dan Polusi Udara: Meningkatkan Kewaspadaan Kesehatan Melalui Hidrasi dan Vitamin C
NEWSLIVE- Beberapa wilayah di Indonesia, terutama di Jawa, saat ini menghadapi cuaca ekstrem dan polusi udara yang penuh dengan panas terik. Suhu udara pada siang hari mencapai 36-38 derajat Celsius, dengan Majalengka, Jawa Barat, mencatatkan suhu tertinggi sebesar 37,7 derajat Celsius, diikuti oleh Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan beberapa wilayah di Jawa Tengah dengan suhu mencapai 37,4 derajat Celsius.
Kondisi ini membawa dampak serius pada kesehatan manusia, menyebabkan mulut dan tenggorokan terasa kering, rasa haus yang ekstrem, dan kelelahan karena dehidrasi.
Melansir kompas.com, Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, menghambat fungsi tubuh. Sementara itu, paparan terus-menerus terhadap udara panas dapat menyebabkan heatstroke, yang mengancam nyawa. Gejala heatstroke termasuk peningkatan suhu tubuh secara drastis, tidak mampu mengeluarkan keringat, kulit kemerahan, napas cepat, detak jantung yang cepat, sakit kepala, mual, muntah, serta perubahan perilaku seperti kebingungan dan gelisah.
Namun, cuaca panas bukan satu-satunya tantangan; polusi udara di kota-kota besar juga memperburuk situasi. Beberapa kota, seperti Palembang dan Pekanbaru, mengalami tingkat polusi udara yang sangat tinggi.
Kombinasi antara cuaca panas dan polusi udara meningkatkan risiko terhadap kesehatan manusia. Paparan radikal bebas yang tinggi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), terutama pada kelompok usia produktif.
Data dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus ISPA non-pneumonia, dengan sekitar 55 persen penderita berada dalam kelompok usia produktif.
Wilayah lain seperti Kabupaten Batanghari, Jambi, dan Kota Batam juga melaporkan peningkatan kasus ISPA, yang sebagian besar disebabkan oleh kualitas udara yang buruk dan debu akibat cuaca panas dan musim kemarau.
Untuk melindungi kesehatan dalam kondisi cuaca ekstrem dan polusi udara, penting bagi masyarakat untuk menjaga hidrasi tubuh. Kementerian Kesehatan merekomendasikan konsumsi 8 gelas air putih setiap hari atau setara dengan 2 liter.
Selain itu, minuman dengan kandungan vitamin C tinggi, seperti jus lemon, juga dapat membantu mengatasi dehidrasi. Vitamin C tidak hanya meningkatkan retensi cairan dalam tubuh, tetapi juga memperkuat sistem kekebalan tubuh sebagai antioksidan.
Antioksidan bekerja melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas, mengurangi risiko stres oksidatif dan penyakit kronis.
Dengan mengonsumsi minuman yang kaya akan vitamin C, tidak hanya dapat mencegah dehidrasi, tetapi juga memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi dampak buruk dari cuaca ekstrem dan polusi udara.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua orang untuk memperhatikan asupan cairan dan nutrisi, terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak bersahabat ini.