Belajar Mengelola Keuangan Dari Sandwich Generation
Tak dipungkiri, fenomena sandwich generation memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Dari namanya, sandwich generation atau ‘generasi roti lapis’ merupakan sekelompok individu orang dewasa baik yang sudah berkeluarga atau baru akan berkeluarga yang memiliki tanggung jawab sebagai tulang punggung merawat orang tua, saudara, hingga anak dan istrinya sendiri.
Meski nilainya subjektif dan relatif, kebutuhan finansial bagi setiap orang memang merupakan hal yang penting dalam menunjang kelangsungan kehidupan, terutama bagi sekelompok generasi sandwich.
Bagaimanapun, kehidupan memaksa generasi ini harus mempunyai tulang punggung yang cukup kuat ketimbang orang pada umumnya untuk memikul beban finansial yang tidak hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tapi juga orang-orang di sekitarnya.
Terlepas dari beban yang ia topang, menjadi seorang sandwich generation ditengah gempuran kebutuhan yang semakin banyak dengan harga dan biaya hidup yang semakin mahal memang bukan perkara yang mudah untuk dilewati.
Berkewajiban untuk membantu keuangan keluarga, membiayai adik-adiknya bersekolah, membayar listrik dan kebutuhan orang tua di rumah, bahkan jika sudah menikah harus juga menafkahi keperluan anak dan istrinya adalah sebuah tantangan tersendiri yang hanya dapat dilakukan oleh seorang sandwich generation.
Cara Mengelola Keuangan Ala Sandwich Generation
Sandwich generation sudah terbiasa me-manage keuangan dengan cukup teratur, karena kondisinya yang harus selalu kompromi untuk membagi setiap penghasilannya agar semua orang yang sedang berada di pundaknya tercukupi.
Karena terlalu memprioritaskan kecukupan orang-orang sekitar, terkadang seorang sandwich generation lupa bahkan mengabaikan dengan kebutuhan dirinya sendiri. Oleh karena itu, generasi sandwich ini harus selalu berinovasi dan mencari cara untuk tetap memenuhi keperluan keuangan dari kedua generasi sehingga seringkali ia kesulitan sendiri untuk mencukupi keperluan pribadinya.
Generasi mereka harus berjuang untuk menyeimbangkan kebutuhan keluarga barunya, dan orang tua, serta adik-adiknya agar tetap aman dalam hal finansial. Belajar dari seorang sandwich generation, berikut ini beberapa cara mengelola keuangan efektif yang sering dilakukan oleh seorang sandwich generation.
1. Belajar Mengidentifikasi Kepemilikan Aset
Satu hal paling mendasar yang harus dilakukan oleh seseorang yang akan belajar mengelola keuangan versi seorang sandwich generation adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi terlebih dahulu atas semua aset dan sejumlah hutang yang kita miliki. Ini adalah cara yang paling standar untuk mengetahui garis pembatas dalam mengatur keuangan.
2. Terbiasa Berpikir Jangka Panjang
Cara berpikir visioner seperti ini sering dilakukan sandwich generation terutama dalam memprediksi resiko-resiko atau kejadian yang akan terjadi di masa mendatang. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadi sesuatu hal yang memerlukan biaya yang besar mendadak.
Selain dengan cara menyisihkan sisa alokasi kebutuhan melalui dana tabungan, bagi sandwich generation yang mempunyai income yang lebih stabil biasanya mengalokasikan dana masa depan melalui asuransi, baik kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan.
Meskipun tidak semua sandwich generation memiliki financial mindset seperti ini, biasanya praktik ini diterapkan untuk mencegah terjadi peristiwa yang tidak diharapkan, baik karena pemutusan hubungan kerja (PHK), biaya pengobatan dan masa depan adik-adiknya sekolah.
3. Mengalokasikan Dana Darurat
Meskipun hanya beberapa persen dari sisa pendapatan, mengalokasikan sejumlah uang untuk dana darurat harus dilakukan oleh seorang sandwich generation. Tak jarang sebagian sandwich generation mengabaikan dana darurat ini karena keburu habis untuk menutupi hutang, kebutuhan hidup sendiri di perantauan, atau untuk mencukupi keperluan nasi dan nutrisi di tanggal tua sebelum gajian. Sebagai tiang penopang utama kehidupan keluarga, mengalokasikan sedikit demi sedikit uang untuk keperluan dana darurat akan terasa lebih berat.
Walau sulit, cara mengelola keuangan seperti ini harus selalu dilakukan oleh seorang sandwich generation agar tetap merasa aman untuk sementara waktu apabila terjadi keadaan yang tidak diharapkan seperti sakit, uang utama habis, keperluan mendadak, dan lain-lain. Tantangan untuk konsisten menyisihkan sedikit saja sisa penghasilan untuk dana darurat adalah tantangan tersendiri sehingga mau tidak mau harus tetap disisihkan sedikit apapun itu.
4. Biasakan Mengatur Pendapatan dan Pengeluaran dengan Bijak
Generasi sandwich wajib mengatur sedetail dan seproduktif mungkin anggaran yang mereka miliki sebijak mungkin dengan cara memprioritaskan kebutuhan, bukan keinginan serta meminimalisir kebocoran anggaran pengeluaran yang tidak terlalu diperlukan secara cermat.
Membiasakan melakukan riset, membandingkan harga, produk atau jasa yang diperlukan dengan harga yang jauh lebih murah, terjangkau dan lebih memilih alternatif cara lain apabila masih bisa dilakukan atau didapatkan.
5. Mencari Income Alternatif
Salah satu cara pengelolaan keuangan lain yang sering dilakukan generasi sandwich untuk menutupi kekurangan finansial dalam mencukupi kebutuhan orang sekitarnya yakni dengan bekerja dengan extra salah satunya mencari pendapatan alternatif yang bisa dilakukan di luar jam kerja utamanya. Baik sebagai drive online, kerja part-time sebagai barista di cafe, freelancer di internet, pekerjaan semacam itu kerap menjadi alternatif lain untuk mencukupi keperluan sehari-harinya.
Kesimpulan
Kesimpulannya, menjadi generasi sandwich bukanlah pilihan, tapi karena keadaan yang memaksa generasi tersebut memiliki tulang punggung yang cukup kuat untuk menopang orang-orang sekitarnya, dan tentu tidaklah mudah.
Sehingga dari keadaan tersebut mereka belajar dalam membangun strategi, mengelola keuangan dan mengalokasikan finansial agar dapat mencukupi kebutuhan dia dan orang-orang sekitarnya. Berikut itu merupakan beberapa cara mengelola keuangan yang dilakukan seorang sandwich generation.
- Ilustrasi Keuangan (Pixabay)