Kenali Resiko Menggunakan Pay Later dan Cara Mengatasinya
Siapa yang tidak tahu apa itu pembayaran yang ditangguhkan atau pay later? Pastinya sebagian besar orang mengetahui sistem pembayaran ini. Ya, pay later adalah sistem pembayaran yang ditangguhkan. Artinya, Anda dapat melakukan pembayaran bulanan dengan bunga tanpa harus membayar barang tersebut secara langsung.
Di era digitalisasi yang semakin meningkat, berbagai inovasi bermunculan di bidang keuangan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Salah satu produk yang semakin populer adalah layanan “bayar nanti” atau sering disebut sebagai “pay later”
Pay later menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin membeli produk dengan metode pembayaran nyaman dan mudah serta mendapatkan banyak keuntungan diskon.
Dalam artikel ini, Anda akan mempelajari lebih lanjut tentang apa itu pay later, cara kerjanya, serta kekurangan dan kekurangannya sehingga dapat memanfaatkan teknologi baru ini dengan lebih efektif.
Pengertian Pay Later
Istilah pay later terdiri dari kata “bayar” dan “nanti”. Secara umum pay later merupakan layanan keuangan yang memungkinkan penggunanya melakukan pembelian tanpa membayar secara langsung. Sebaliknya, Anda dapat membayar satu kali atau mencicil selama beberapa bulan selama jangka waktu setelah pembelian.
Perusahaan penyedia akan ‘menanggung’ transaksi Anda terlebih dahulu, kemudian Anda akan membayar tagihan sesuai kontrak yang telah disepakati. Konsep ini memungkinkan konsumen menerima barang dan jasa tanpa membayar tunai di muka. Sistem pembayaran ditangguhkan ini sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.
Pay later dapat dianggap sebagai versi digital dari kartu kredit masa kini. Saat ini, metode pembayaran pay later menjadi salah satu metode pembayaran yang paling populer, terutama di kalangan milenial dan anak muda. Paylater juga populer karena selain berbagai promo menarik, proses pengajuannya dinilai lebih cepat dan tidak ribet, seperti pengajuan kartu kredit di bank.
Kekurangan dan Resiko Menggunakan Pay Later
Penggunaan pay later yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerugian seperti:
1. Membudayakan Perilaku Konsumtif
Siapa yang tidak ingin mendapatkan produk impiannya dalam waktu singkat tanpa mengeluarkan uang untuk pembelian? Namun, Anda harus lebih berhati-hati dengan ide ini, karena kelemahan pertama menggunakan pay later adalah dapat membuat ketagihan. Dengan suku bunga yang relatif rendah dan beragam penawaran menarik, kita bisa kehilangan kendali dan membeli apa yang kita inginkan tanpa perhitungan yang matang.
2. Banyak Tagihan
Selain menambah pengeluaran, kelemahan menggunakan pay later adalah tagihan Anda bisa bertambah. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pay later, disarankan untuk memilih produk mana yang sangat Anda butuhkan.
Masyarakat mungkin ragu untuk membayar tagihannya karena biaya pembayaran terus meningkat. Pertanyaannya, apa jadinya jika Paylater tidak membayar tagihannya? Tentu saja tagihan Anda akan terus meningkat.
Karena jika seseorang terlambat membayar tagihan pascabayar, orang tersebut dianggap sebagai pembayar yang terlambat, dan platform yang menawarkan metode bayar nanti biasanya akan mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang berbeda-beda tergantung peraturan. Oleh karena itu, pastikan untuk membayar cicilan dan tagihan tepat waktu untuk menghindari pembayaran denda yang akan menyebabkan tagihan semakin bertambah.
3. Keamanan Yang Lemah
Kelemahan menggunakan Paylater yang ketiga adalah keamanan. Dibandingkan kartu kredit bank, keamanan metode pembayaran ini masih tergolong rendah. Oleh karena itu, mohon dipastikan bahwa aplikasi pay later yang digunakan diawasi oleh OJK atau Otoritas Jasa Keuangan.
Sebelum menggunakan layanan pay later, Anda harus memberikan tanda pengenal, khususnya berupa kartu identitas. Tentu saja, hal ini menjadi perhatian utama bagi sebagian pengguna, terutama setelah sejumlah masalah pelanggaran data dengan penyedia layanan pay later.
Selain itu, biasanya juga terdapat kolom khusus dimana pengguna harus memasukkan nomor darurat yang dapat diakses. Informasi kontak ini nantinya akan digunakan oleh penyedia layanan untuk memberitahu tentang tagihan tersebut. Oleh karena itu, layanan pay later tidak hanya membahayakan informasi pribadi, tetapi juga informasi orang yang dipercayai.
4. Menimbulkan Banyak Hutang
Khusus bagi pengguna pay later yang lebih suka belanja online, metode pembayaran ini pasti akan menambah hutang. Pengguna tidak lagi perlu berpikir dua kali setiap kali membeli sesuatu. Alhasil, tagihan menumpuk di akhir bulan tanpa Anda sadari. Bahkan, pengguna juga dikenakan bunga dan denda jika terlambat membayar tagihan.
5. Pengelolaan Keuangan Berantakan
Sering berbelanja tentu menjadi salah satu hal yang mengacaukan pencatatan keuangan Anda, termasuk daftar laporan keuangan yang telah dijadwalkan sebelumnya. Itu karena tagihan bulanan pembayar semakin menumpuk dan semakin tidak terkendali.
6. Skor Kredit Lebih Rendah
Tentu saja tidak ada yang bisa memprediksi masa depan dengan pasti. Kapan saja, kejadian tak terduga dapat terjadi yang dapat menghalangi membayar tagihan tepat waktu, dan kesalahan ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya, tagihan kita semakin tinggi.
Hal ini menyebabkan menurunnya kelayakan kredit. Artinya peringkat kredit kita tergolong buruk. Dapat dipahami bahwa fungsi-fungsi ini identik dengan fungsi pembayaran bank. Fungsi pay later dan rekening bank akan terintegrasi dengan baik ke dalam aplikasi.
Oleh karena itu, jika permasalahan di atas terjadi dalam jangka waktu yang lama, nilai kredit akan berubah. Parahnya lagi, pengajuan cicilan yang kita ajukan, seperti cicilan rumah, mobil, dan lainnya, bisa saja ditolak bisa jadi karena skor kredit buruk atau Anda belum melunasi tunggakan tagihan.
Kesimpulan
Saat ini terdapat menjamurnya layanan “pay later” dan pinjaman online. Banyak orang yang terpikat dengan hal ini. Mereka membeli ini dan itu dengan uang yang tidak mereka miliki. Selain itu, prosesnya sangat sederhana dan penarikan terjadi dalam hitungan menit. Namun di balik kenyamanan ini terdapat tingkat ketertarikan yang menakjubkan. Banyak orang merasa kesulitan membayar tagihannya dan akhirnya meminjam lagi ke aplikasi lain. Hal ini berulang hingga pembayaran dan klaim kredit menumpuk.
- Ilustrasi belanja online (Pixabay)